Hai, kawan. Ini cuma satu cara gua untuk kasih tau kejujuran. Well, mungkin selama ini gua terlalu galak, terlalu ringan tangan dan mandang lo dengan tatapan tajam karena emosi. Kadang gua marah dan pengen banget ngusir lo, tapi gua nggak bisa. Setiap kali gua liat kedua mata lo yang memancarkan sinar yang begitu sabar dan bersahabat, justru gua merasa lo yang lebih pantas nendang gua keluar.
Hei, hei. Kamu meremehkan aku! Kata siapa aku marah dengan sikapmu?! Kata siapa aku pantas menendangmu keluar?! Ini rumahmu, kawan. Dan segala kata-katamu mengenai emosi, aku percaya setiap mahluk hidup memiliki emosi. Begitu juga aku. Karena itulah kita kaya akan perasaan.
Terkadang gua berpikir, apa gua cukup baik untuk lo?
Sangat baik! Kamu tidak tahu apa-apa, kawan.
Gua nggak pernah memberikan kesenangan untuk lo. Sebagai mahluk hidup, lo butuh udara segar. Sementara yang gua lakukan adalah memenjarakan lo dari dunia. Seharusnya lo mencari kehidupan lain di luar sana bersama kawan-kawan lo yang lain. Pasti lo bakal bisa lebih bahagia.
Salah, kawan. Disinilah kebahagiaanku! Aku tidak pernah merasa seperti dipenjara. Melihat semua ekspresimu adalah kekuatanku. Juga senyumku yang membuatku bertahan di sini.
Apa lo sama sekali nggak bosen setiap kali hanya berada di rumah? Apa yang lo lakuin selama gua nggak ada?
Kawan, kamu benar-benar tidak mengerti. Karena aku selalu menunggumu maka aku tidak pernah bosan.
Ya, ya, ya, gua tau lo selalu menyambut kedatangan gua setiap kali gua pulang ke rumah. Seberapa telat gua pulang, meski dengan emosi atau pun mood yang baik.
Aku suka itu. Aku selalu bersemangat ketika kamu pulang dan membiarkan aku menyambutmu.
Persahabatan yang lo tawarkan buat gua, sungguh membuat gua nggak mampu untuk membalasnya. Segala kesetiaan dan kesabaran lo menghadapi gua, terima kasih banyak. Gua janji gua nggak akan lagi memukul elo, meski lo merusak semua sepatu gua. Benda itu bisa gua beli lagi, tapi kisah kita nggak akan bisa gua beli lagi.
Asal kamu tau kawan, meski kamu memukulku, aku tidak akan pernah berhenti untuk tetap setia padamu. Meski kamu marah padaku, aku akan tetap menunggu kamu di sini, diam, duduk, tenang, dan menunggu amarahmu hingga reda. Kawan, kalau bukan kesetiaan yang kutawarkan untukmu, aku tidak akan pernah layak untuk menjadi seekor anjing peliharaanmu. Itulah kewajiban yang harus kami lakukan, melayani majikan kami sampai nyawa kami habis.
*
Dan, kemudian pria itu berdiri, mengelus kepala sang anjing kampung kesayangannya, lalu merogoh sakunya untuk melemparkan sebuah biskuit kesukaan si anjing. Dengan keempat kakinya yang gagah, anjing itu segera mengejar biskuitnya dan melahapnya dengan sukacita.
Karena bagaimana pun, aku akan tetap menyayangi majikanku....katanya, dalam hati.
Karena bagaimana pun, aku akan tetap menyayangi majikanku....katanya, dalam hati.
salam sobat
ReplyDeletewah pertama ya,,,
trims sudah diberitahu kejujuran nya..
memang dulu terlalu galak dan ringan tangan ya,,
formatnya segar. menarik sekali.
ReplyDeletesalam hangat.
Dialog antara majikan dan anjing kesayangannya ya..? Unik dan menarik mbak.
ReplyDeleteini kayaknya terinspirasi film anjing jepang kemaren, btw kesetiaan memang tak bisa diukur dengan apa yg dilihat :)
ReplyDeleteWhuuuff, wuuft ^^?
ReplyDeleteteman memang bisa siapa aja :D
ReplyDeletemantap. tulisanmu keren nih. dari awal sempet bingung, ternyata.....dua jempol deh.
ReplyDeletelupa nama anjingmu sapa aja wkwkwk.....
ReplyDeletemantap gan....
ReplyDeletearti sebuah kesetiaan ya..
ReplyDeletediingatkan kembali melalu ceritamu, clar..
saluuuutt.. :)
wah gak kebayang kalo pada akhirnya ini cerita seekor anjing peliharaan dengan seorang majikannya :)
ReplyDeletewoooowwww, anjing memang selalu setia pada majikannya..... makasih pelajarannya Mbak... :-)
ReplyDeleteHi clara.. pa kabar ?
ReplyDeleteAku ada award buat kamu nih... ntar diambil yah sista.. :)
GBU!
Hi salam kenal yah :)
ReplyDeletewaaaaah kerenn bnget,,,, kreatif dan inovatif :)
ReplyDeletemantap mantap !!