Sunday, December 27, 2009

Her Wedding Dress part 3

Menurut orang, butikku ini cukup sukses. Aku bersyukur untuk semua itu. Mungkin memang banyak orang yang menaruh minat terhadap design yang lahir dari jemari yang memeluk pensil ini dan kemudian menuangkan sebentuk bayangan dalam kepala, pada sebuah kertas putih. Dan itu memang keahlianku. Juga kesibukanku hampir sepanjang hari.

Berada di dalam ruangan, berpikir mengenai potongan-potongan baju yang sedang trend, memperhatikan fashion, kembali membuat sketsa, berpikir mengenai bahan berkualitas baik dan juga membuat sebuah contoh pada patung. Kehidupanku hampir selalu berkutat dalam rutinitas yang sama. Hanya dia—Ethan, yang membuat putaran hidup itu terasa lebih bergairah.

Hari ini, aku sengaja mempersingkat waktu kerjaku. Alasannya? Ethan. Dia. Laki-laki itu. Aku akan dinner dengannya. Dia setuju.

Aku menutup buku yang penuh dengan sketsa baju-baju yang akan segera dimulai pengerjaan jahitnya. Tanganku merogoh tas dan meraih beberapa poto yang sudah kucetak dan rencana akan kuberikan padanya saat makan malam. Poto kami berdua. Kemarin, saat fitting. Kami berpura-pura latihan untuk pernikahan.

Ah, itu sepertinya dia datang! Suara langkah sepatu terdengar semakin mendekat. Buru-buru kumasukkan kembali tumpukan poto itu ke dalam tas. Namun, belum baru saja aku akan bergerak keluar dari balik meja, dia sudah lebih dulu muncul dari balik pintu.

Senyumku melebar.
Begitu cepat.
Secepat saat senyum itu kembali pudar.

Sesosok perempuan muncul dari balik punggungnya. Dengan mesra dia menggandeng lengannya. Satu reaksi pertamaku : bingung! Lalu berangsur jantungku berdegup. Apa-apaan ini? Apa sedang dalam permainan April’s mop? Tapi aku mengingat-ingat, saat itu bahkan bukan bulan April!

”Aku nggak bisa menikah denganmu.” Suaranya segera memecah keheningan yang seperti membuat lorong kematian. ”Aku harus menghadapi kenyataan bahwa aku lebih mencintainya.”

Aku selalu bersahabat dengan kejujuran. Sungguh, tapi saat itu entah kenapa aku mendadak menjadi musuh besar sebuah kejujuran. Aku benci. Aku ingin muntah. Aku ingin berteriak. Dan semua itu kutujukan untuknya. Dan juga dia—perempuan itu.

Tapi apa yang bisa kulakukan? Hanya menangis.
Semua makian itu tertelan.
Semua kebencian itu hanya menjadi pengiring tangisku.
Dan rasa sakit hati yang akhirnya menjalar di sekujur tubuh, akhirnya malah mengekang suaraku untuk keluar.

Tamparan tidak akan mengembalikan semua keadaan.
Permohonanku pun hanya semakin merendahkan harga diriku.

Hanya satu hal akhirnya kulakukan.
Aku beranjak dari hadapan dua orang yang sangat kubenci itu. Menanggalkan segala pertanyaan kenapa yang hanya dijawab olehnya dengan begitu semu. Membiarkan semua kebencian membuntut di belakang dan sakit hati terus menjadi benalu di hatiku.

Hingga kini.

Dan hingga kini, poto itu hanya bisa menjadi saksi bisu anganku yang sudah pupus.

Satu air mata kembali mengalir saat aku menatap senyum kami berdua yang terekam oleh jepretan lensa. Senyum yang akan selalu abadi di atas hati yang sudah retak. Senyum yang selalu abadi mengisi harapan kosong yang tidak pernah terwujud.

Perlahan, aku melempar poto itu ke dalam kobaran api yang langsung melahapnya dengan ganas.

15 comments:

  1. sungguh sakit memang,,tapi itulah kejujuran yang berani dia perbuat..gag mungkin juga dia menyimpan batu terlampau jauh..
    semngattt mbakkk

    ReplyDelete
  2. semoga dia mendapatkan pengganti yg lebih baik :) btw ada kado untukmu, ambil ya :)

    ReplyDelete
  3. wahhh Clara produktif banget, udah keluar episode 3-nya ^^
    di sini menjawab pertanyaan, "Kapan si cowok berkhianat?"-nya
    tapi belum menjawab, "Kenapa???"

    masi penasaran, hehhe

    ReplyDelete
  4. alangkah panjang kisah sedih ini tetapi betul betul menarik dari awal hingga akhir

    ReplyDelete
  5. kenapa dia ngizinin si cewek pembuat patah hati itu pakai gaunnya?

    hmm... kayaknya masih panjang ya?

    ditunggu mbajk

    ReplyDelete
  6. Kekecewaan memang keniscayaan, tapi bagimana kalau kekecewaan itu mejelma kebencian yang sangat? Ah. kisahnya menghunjam benar...

    Sukses...

    ReplyDelete
  7. biar ceria dikit.. ku kasih hadiah tahun baru deh...
    ada cowok2nya lho...
    (^*)

    ReplyDelete
  8. kek nya ada yang hilang di cerita itu..apa yaahh..hmm..bettle clara ma nchi ga sempet aku baca hikzz..
    met kenal yah ^^

    ReplyDelete
  9. selamat tahun baru.
    semoga esok lebih baik dari hari ini.

    salam hangat, dari komunitas cermin.

    ReplyDelete
  10. ne lanjutan cerita yang waktu tu ya......
    yang buat dirimu penasaran.. ne cerita beneran ato fiksi???

    ReplyDelete
  11. jagalah hati... jangan kau nodai, jagalah hati...

    ReplyDelete
  12. sabar ya..kaya'nya kita senasip nih...

    ReplyDelete
  13. Hehehehe..., moment si Ethan pas bilang, ”Aku nggak bisa menikah denganmu.” kayaknya kurang pas, Kurara. Terutama karena saat itu dia bersama wanita lain. He must be extremely bold or one hell of a bastard, showing up in front of a girl with another girl in purpose, and says "I can't marry you..."

    ReplyDelete