Friday, December 4, 2009

All For You, Guys!

“Lo yakin?”


Tanyanya sekali lagi memastikan kondisi gue yang mungkin dimatanya gue udah seperti vampire—pucat. Gue mendangak, lalu mengangguk. Memberikan seulas senyum penuh keyakinan agar keempat orang cowok yang sedang menatap gue dengan pandangan khawatir itu bisa sedikit lebih tenang.


Mereka sobat gue. Mereka peduli sama gue. Dan mereka tau gue nggak dalam keadaan yang sangat fit sekarang. Mereka tau berapa derajat suhu badan gue. Mereka tau ketika selesai makan malam kemaren, gue langsung muntah-muntah. Mereka tau gimana nggak tenangnya gue melewati tidur sebelum hari ini tiba. Tapi gue juga nggak bisa berhenti. Mereka juga nggak bisa menghentikan gue. Hari ini, performance kita harus tetap dilaksanakan. Nggak ada alasan apa pun, meskipun gue lagi nggak enak badan. Ribuan orang yang berharap banyak bisa melihat kita sore ini, sudah menunggu dan berteriak-teriak di depan panggung. Gaungnya kedengeran sampai ke sini—backstage.


Dan gue melakukan ini, semata-mata bukan demi popularitas gue sebagai salah satu anggota boyband yang namanya sedang naik daun. Semua ini gue lakuin demi sobat-sobat gue dan demi orang-orang di luar sana yang berteriak-teriak memberi kita support. Semua pemberian kasat mata itu nggak mungkin gue bayar dengan keegoisan gue.


Oh, lima menit lagi kita tampil.


Gue segera beranjak, sedikit terhuyung, tapi buru-buru menyeimbangkan diri. Jangan sampai sobat-sobat gue melihat gue yang kayak orang mabok. Bisa-bisa mereka lebih mikirin cara ngebatalin perform yang udah di depan mata itu daripada ngebiarin gue sekarat di stage. Yeah, gue juga nggak mau sekarat di depan puluhan orang yang mendukung gue dan teman-teman gue. Gimana pun juga, gue harus tetap berjuang memberikan yang terbaik. Perjuangan mereka dan perjuangan gue, nggak boleh cuma jadi hal yang sia-sia.


Oke. Musik udah mulai diputar.


Mengikuti irama, satu per satu dari kita mulai konsentrasi dengan blocking dan pembagian masing-masing dalam bernyanyi juga dance. Sesekali, gue melihat sobat-sobat gue melemparkan lirikan khawatir, tapi gue yang udah ngerasa mau muntah ini, tetep bertahan. Gue coba pasang senyum.


Shit! Kepala gue, makin berat rasanya. Tapi gue nggak mungkin berhenti di tengah-tengah! Apa yang gue usahakan, sepertinya semakin nggak maksimal. Tenaga gue lama-lama semakin menghilang, kayak ditiup angin.


Jangan... please, jangan sampe gue gagal.


Brengsek! Perut gue mual, diaduk-aduk tiap koreo yang membuat gue harus lompat sesekali. Gue pengin muntah!


Eh....abis ini gue blocking ke mana? Ya ampun! Hampir aja gue lupa! Cuma karena nahan rasa nyeri di kepala dan mual yang semakin ngajak gue untuk berantem. Bisa. Gue harus bisa!

Ya. Gue pasti bisa menyelesaikan tugas gue ini.


Bagian musik ini gue harus ke....Damn! Kok bisa-bisanya gue kepeleset?! Iya! Gue baru aja jatoh! Di depan puluhan orang yang melihat kita! Yang memberi dukungan melalui kata-kata dalam spanduk kecil yang mereka bawa. Tapi tenang, gue harus tenang. Gue buru-buru bangkit perlahan, dengan ekspresi datar. Tau, kan? I’m on stage, masa’ gue masang ekspresi meringis. Nggak akan, deh.


Gue langsung menyamakan koreo dengan sobat gue yang lain, yang sempat memberikan lirikan kaget sekaligus cemas akan keadaan gue yang terlalu memaksakan diri. Gue tau, kalo mereka bisa, mereka pengin langsung melupakan soal perform dan segera menolong gue. Tapi, sebagai penyanyi yang dilatih untuk bersikap profesional, tentu aja masalah seperti kepeleset tadi bukanlah pertanda bahwa perform kita selesai. Detik itu juga. Ya, saat di panggung, semua harus fokus pada apa yang harus mereka tampilkan.


Bukan pada gue yang sakit!


Ah...musik memasuki endingnya. Syukurlah. Gue hanya perlu berpose untuk yang terakhir. Applause meriah bergaung. Teriakan-teriakan pendukung kami bergema kembali.


”Kak, tetap semangat!”

”Kami mencintaimu.”

”Semoga kamu baik-baik saja.”

”Kami selalu mendukungmu.”


Kira-kira itulah kata-kata yang gue denger. See? Itulah alasan kenapa gue sangat nggak pengin mengecewakan mereka. Karena mereka terlalu sayang pada gue dan juga ke-empat sobat gue yang lain. Dan gue menyesal karena apa yang gue tampilin bukanlah sesuatu yang terbaik. Dengan kata lain gue sudah mengecewakan mereka.


Gue dan yang lain membungkukkan badan, memberi hormat sekaligus mengucapkan terima kasih atas dukungan-dukungan yang terasa sangat tulus itu. Dan begitu kita bergerak menuju backstage, tiba-tiba aja, sobat-sobat gue langsung merangkul gue dan membantu gue yang berjalan tertatih-tatih!


”Kan gue udah bilang, harusnya kita ngomong sama manager supaya cancel jadwal kita hari ini.” Satu sobat gue yang bernama Jio memprotes. Dia bukan yang tertua dan juga bukan leader tim ini, tapi perhatiannya sangat luar biasa. ”Paling nggak, manager bisa cancel jadwal lo!”


”Gue nggak mau lo sekarat, tauk!” Kini giliran si leader, Seung Ho.


Satu per satu rekan gue meluapkan rasa sayang mereka dengan memarahi gue. Sementara gue, yang baru aja muntah-muntah, cuma bisa melongo. Tersentuh, tapi gue punya pendapat sendiri.


”Gue maksain diri, untuk kalian juga mereka.” Gue menunjuk ke bagian panggung. Maksudnya siapa lagi kalo bukan para pendukung kita. ”Karena gue pengin selalu tampil bersama kalian dan juga gue nggam mau membuat mereka kecewa.”


Meski kenyataannya, gue telah mengecewakan mereka.



Note:

Cerpen ini dibuat untuk : MBLAQ - Lee Joon yang ternyata terserang virus H1N1 dan sempat melakukan perform nya dengan kondisi yang tidak fit. Get well soon, Jonnie ya!

23 comments:

  1. pas baca, aku benar2 seperti merasakan kondisi tokoh utamanya, clar..
    nice story.. :)

    ReplyDelete
  2. mumpung masih sepi.. hihihi..

    *kaaabuurrr*

    ReplyDelete
  3. Pohonku memborong semua tempat nih

    ReplyDelete
  4. Tapi bener nih tulisan ini serasa membawa kita ikut dalam cerita

    ReplyDelete
  5. Bagus sob personalisasi tokohnya...serasa kayak pengalam pribadi gitu...nulis terus ya!!semangat!

    ReplyDelete
  6. Pohon curanggggggggggggggggggggggg!!!!
    Bagus ceritanya, Clara!

    Btw, bukannya ga mau kasi operan bole ke kamu, tapi, sepertinya dirimu udah punya semua award itu, ga enak kalo harus nge review ulang, hehe. Nanti ku kasi (ku design) yg special buat clara, okehh??
    Gek loves you, muah.

    ReplyDelete
  7. wuaaahhhhhh keren dah yang ini..... sungguh!!! ^^

    ReplyDelete
  8. keren clara,..aku sampe ikut merasa khawatir sm keadaan tokohnya.

    hepi wiken clara manis...

    ReplyDelete
  9. sempet kepikiran jgn2 ni endingnya mati di atas panggung?
    Fyuuhh... untunglah enggak! =D
    nice story!

    ReplyDelete
  10. ini si juni 'anjing' toh, wkwkwk... kasian h1n1, jangan suru ke bali ah,bahayaaa

    ReplyDelete
  11. bertanya-tanya : apa ini juga yang dirasakan agnes monica?

    ReplyDelete
  12. Ini beneran cuma cerpen? Koq serasa kisah nyata ya... buagus banget Non... pengambilan sesi dialognya, alurnya mengalir, mampu membuat pembaca serasa ikut terhanyut

    ReplyDelete
  13. Cerpennya keren, detilnya spt beneran deh.
    Salut....

    ReplyDelete
  14. izin beli kapling dulu ya... hehehehe...

    ReplyDelete
  15. aku suka penjabaran expressi yg lagi sakit itu...hmmmm jadi kayak ikut sakit juga :)

    ReplyDelete
  16. Ceritanya menohok banget!
    Salam semangat!

    Lama gak berkunjung ya. Hehe...

    ReplyDelete
  17. Pesan ku...jaga selalu kesehatan agar segala yang telah di rencanakan jauh2 hari gak gagal karena sakit

    ReplyDelete
  18. Claraaa aku ada award buat kamu... ^_^ (mgkn udah pernah dapet ya? gapapa deh hehehe)

    ReplyDelete
  19. semangatnya luar biasa tuh. dlm keadaan sakit pun tetap tampil. good.

    ReplyDelete