Sunday, November 15, 2009

One Shoot!

Rambut panjang perempuan itu berkibar-kibar tertiup angin, sehingga tampak seperti helaian sutra yang beterbangan lembut. Mata sipit itu menatap sinis laki-laki yang ada di hadapannya, menambah aura dingin yang terpancar dari gurat wajahnya yang tirus. Langit gelap yang membungkus padang rumput dimana ia berpijak, bukan halangannya untuk beradu pandang, seolah saling menghujam pisau hanya dengan tatapan mata.

“Satu misi terakhirmu.”

Rahang laki-laki itu menegang. Kini, seluruh isi bola matanya hanya terpusat pada perempuan itu. Ia mengangguk, menurut perintah si perempuan.

Sejenak suasana menegang. Angin malam yang bertiup tiada ampun, membuat suasana semakin terasa seperti es. Beku. Juga dingin. Tidak ada tanda-tanda bahwa salah satu diantara mereka harus menjadi penghangat ditengah-tengah. Seolah-olah, sekat kebencian telah menjadi jendela bagi keduanya untuk berhadapan. Padahal hati mereka berkata sebaliknya.

Si laki-laki mempererat pegangan senjata apinya yang berada di samping pahanya yang kokoh menopangnya berdiri. Ia siap dengan misi apa pun yang diperintahkan si perempuan!
Diluar perkiraan si laki-laki, alih-alih memberi perintah perempuan berlapis tank top hitam itu melangkah maju, mendekatinya. Dengan tatapan yang masih sama. Menghujam! Tapi tunggu…mata itu berkata sebaliknya!

Perempuan itu berjinjit sedikit saat sudah berada di dekat si laki-laki. Bibirnya di dekatkan pada telinga laki-laki itu, dan suaranya mendesisi membisikkan perintah yang harus dilakukan. Tidak boleh dilanggar, atau ditawar. Misi ini adalah pekerjaannya. Membunuh adalah tugasnya.

Kill yourself,” desisnya. Tajam. Penuh kebencian. Sinis.

Hembusan nafas perempuan itu membuat bulu kuduk si laki-laki merinding. Bukan hanya pada nafasnya yang begitu dekat dengan tengkuknya, tapi juga karena perintah itu…begitu sulit!
Laki-laki itu menelan ludah.

“Kenapa?”

“Karena kau mencintaiku.”

Perempuan itu menyeringai. Bahkan kau sudah membunuhku dengan tatapanmu! Batin laki-laki itu memberontak.

“Ini misimu.” Perempuan itu mundur beberapa langkah dan berkata dengan suara yang lebih lantang, namun dalam. “Kau perlu membuktikan loyalitasmu pada Ayahku. Bukankah kau sudah terbiasa membunuh orang?”

Mendadak laki-laki itu diliputi ketakutan. Membunuh orang tidak sama dengan membunuh diri sendiri. Bahkan adrenalinnya pun berbeda. Laki-laki itu tertawa dalam kegetirannya. Haruskah ia melepaskan perempuan itu dengan cara yang seperti ini?

Perempuan itu menatap si laki-laki semakin jauh lebih dalam. Seakan bisa menghipnotisnya.
Angin semakin berhembus kencang. Menggoyangkan rumput-rumput setinggi betis yang tumbuh liar di sana, membuat suara-suara gesekan halus. Bersamaan dengan itu, tangan si perempuan yang jarinya kebiru-biruan karena menahan dingin, menyentuh pipi laki-laki itu. Menyapunya dengan sentuhan penuh hasrat. Namun juga membius.

Ibu jari laki-laki itu menekan hammer senjata rakitannya sendiri. Bunyi klik, membuat perempuan itu melebarkan seringaiannya.

Kalau memang perempuan itu yang mengharapkan jenazahnya, ia tidak boleh takut. Kalau perempuan itu bisa berbahagia dengan nyawanya yang melayang, ia harus melakukan perintah itu.

Dan bunyi letusan membahana di padang rumput itu.

Perempuan tadi berdiri dengan tubuh kaku, seolah-olah dialah yang mati. Seluruh wajahnya terkena cipratan darah merah yang membuat hidungnya bisa merasakan bau anyar. Dan bersamaan dengan itu, air mukanya berubah drastis. Kakinya perlahan seperti tidak bertulang. Ia pun terjatuh berlutut di depan laki-laki itu. Dengan air mata yang menetes satu-satu.

25 comments:

  1. intinya yg mati siapa? absurbb mulai dari paragrafh ketiga dari belakang hiiii

    ReplyDelete
  2. deksripsinnya mendekati nih did epan-depan, bisa bikin aku membayangkan adegannya,cuman endingny aja yg binunin,...

    ReplyDelete
  3. hihi, sengaja dong...
    eh tapi yakin masa nggak tau yg mati siapa?
    ya sudah nggak apa, deh
    biar penasaran

    ReplyDelete
  4. Yang mati sih.. sepertinya yang PRIA, tapi siapa yg bunuh??
    Hahahahhah...!

    Suicide kan ini Clara..??
    Btw, btw, jeng jeng.. (adoh. dari tadi pagi kerjaku menyindir saja niiiiihhh... )
    Kalo udah ga sibuk, coba lihat link mu sudah bertengger manis di Blog ku.. :)

    Ayo nulis terusss..
    (ngibarin bendera untuk Clara..!)

    ReplyDelete
  5. clara ini sudah mengerikan banget serem salut deh untuk usahanya saya jadi merinding apalagi kepala sekolah saya barusan meninggal kemarin entah bagaimana besok jika sayamelihat kedalam kantor dimana beliau sering duduk

    ReplyDelete
  6. @Gek: hihihi, masa tak sadar sapa yang bunuh?
    iya suicide kok ini, tapi kalo omong genre, aku nggak tau.

    @Bang Munir: Turut berduka atas meninggalnya kepala sekolah Bang Munir. Hihihi, nggak nyambung yg penting komen bang ^^

    ReplyDelete
  7. Clara.. kok aku jadi terharu sama komen2mu.. huks huks, makasi yaaa...

    Mau belajar buat cerpen seperti dikau dan enchi (duduz, ga mampir ke blogku..) hahahaha!

    ssstttt..sssttt.. mumpung enchi ga ada disini.. hihihihih!

    Eh, makasiii dah dipasang link nya, sob!!

    ReplyDelete
  8. Cinta dan pengorbanan. Ah,betapa si lelaki rela mati demi si wanita. Salut! Pembunuh yang rela membunuh dirinya sendiri....

    Clara, ajari aku buat cerpen dong!
    Salam sukses selalu!

    ReplyDelete
  9. Bagus banget cerpennya! Itulah akibat kalo terlalu angkuh, membohongi perasaan sendiri *eh betul nggak* Begitu ditinggal, baru ngerasa kehilangan...
    Keep writing :)

    ReplyDelete
  10. yah, endingnya aku enggak mau gitu clara..

    hiks hiks hiks..kan jadi sedih bacanya..

    yg baghagia2 aja maunya, hehe (Terserah si penulis kali na..**)

    keep write clara..

    ReplyDelete
  11. wah,,kok jadi ngeri yah??
    Si pria tuh kayaknya..

    ReplyDelete
  12. narasi dan deskripsi udah oke tapi...gak jelas kenapa si perempuan mau membunuh pria itu? kenapa dia akhirnya menangis juga setelah pria itu mati?

    ReplyDelete
  13. itu yg mati yang cowok..... tapi kenapa si perempuan harus menangis??? kan dia yang menginginkan kematian si pria...... menyesalkah dia????

    ReplyDelete
  14. oke aku ijin nge-link ya... keren nih blognya, hehehe

    ReplyDelete
  15. @taris: thanks, anyway.

    @Bahauddin: ya begitulah cinta, bahkan pembunuh pun manusia, kan? punya rasa cinta...hehehe *jijay mode on*

    ajarin? hihihi, bukannya nggak mau tapi nggak bisa. wkwkwkkkk...thx bro

    @tealovecofee: iya, bener sekali, hehehe. thx ya

    @nana: hihihi, nanti na, aku buat yg happy ending, deh. biar kamu nggak sedih.

    @yanuar: ngeri apanya kah? kan nggak ada potong" mayat >.<

    @mbak Fanny dan fitri: hehehe, kenapa dia nangis? kenapa dia mau cowok itu mati? hanya dia, penulis dan Tuhan yang tau XD
    *gejebo*
    --gini nih kalo udah kebanyakan ngayal--

    ReplyDelete
  16. Aduh, abis dari blognya Enchi
    si seyem-seyem sekarang akhir yang serem lagi..
    ngueeeeriii aku..
    aku gak mau akhir yang kaya gitu
    aku mau akhirnya yang married sama Richie Five Minutes
    bisa gak? he..he

    ReplyDelete
  17. datang memanaskan cuaca dengan cerita ini habis hujan deras banget

    ReplyDelete
  18. iya yg mati cowoknya kan Mbak Clara???
    saya kurang bisa memahami, maklum ....

    ReplyDelete
  19. mantap..plotnya keren. aku suka banget stylenya.

    ReplyDelete
  20. saya cuma mau menikmati endingnya...

    killing me fastly with your shot..! heh...

    kejaammmm!

    ReplyDelete
  21. siapa/ siapa yang mati hayo bilang?

    aku belum melayat nih hehehehehe
    salam mba, postingan bagus

    ReplyDelete
  22. met malam, mbak Clara. Aku gak bisa tidur dan penasaran lagi pengen baca cerpen ini.

    ReplyDelete