Sunday, March 14, 2010

Memori Putih

Kamu ingat tempat ini?

Bukit kecil ini, pohon besar dengan daun rindangnya, dan alas berumput. Semuanya menjadi saksi pengakuan yang meluncur dari bibirmu bahwa kamu datang dari planet mars. Masih ingat? Mungkin tidak lagi. Bahwa dulu, kita sering berbagi kisah dalam potongan-potongan yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Bahwa akan selalu ada matahari yang terbit di barat dan terbenam di timur. Begitu juga dengan kisahmu. Ratusan. Mungkin ribuan. Tidak akan pupus meski waktu itu hujan turun perlahan menjadi musik pengiring bagi kata-katamu.

Kamu itu, mozaik buku.

Kepingan demi kepingan dari kata yang menjadi sebuah dunia baru bagiku. Mimpi, kodok, pulau terpencil, dan kiamat. Apa pun itu, kamu selalu bercerita dengan gaya khasmu yang penuh semangat. Hingga setiap tingkahmu selalu membuatku tak kuasa untuk tersenyum.

Tapi, kamu curang.

Kamu selalu tahu apa pun mengenai diriku. Kenapa aku tidak bisa mengetahui apa pun tentangmu? Padahal akulah pengamatmu. Sementara kamu selalu sibuk bercerita.

Aku tahu.

Mungkin, memang kamu tidak pernah membiarkan aku membaca semua yang kamu simpan. Tentang dirimu. Karena kamu tahu aku tidak boleh berharap terlalu jauh, menggapai bintang seperti kisahmu. Tapi, kamu tenang saja. Sebelum aku berusaha mencari tangga untuk memetik bintang, aku akan menghapus langit untuk diriku. Langit kecil di ruang hatiku yang bersinar. Hingga kamu tidak perlu khawatir bahwa aku akan jatuh dari ketinggian.



Aku tidak akan jatuh sakit...


saat melihat kamu ternyata bersamanya.

Wednesday, March 3, 2010

Kesesakan

Kata orang : be yourself.

Tapi dia terus berusaha berlari, hingga jatuh tersungkur, lalu berusaha menemukan topeng milik orang lain.













Dan, kemudian...lari lagi.